Tikus Menyerang, Petani SPI Indramayu Pilih Cara Alami, Ramuannya Bikin Kamu Tercengang

Tikus Menyerang, Petani SPI Indramayu Pilih Cara Alami, Ramuannya Bikin Kamu Tercengang

24news.id.-Indramayu-Pada Hari Jum’at (19/07/2024) di Desa Sukamulya, Kecamatan Tukdana, Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat, Petani SPI Indramayu gelar pelatihan pembuatan racun tikus alami.

Ditengah merebaknya serangan tikus di musim tanam dua ini, hampir semua petani yang menanam padi dan palawija mengalami serangan tikus. Hal yang paling terasa adalah petani padi. Memasuki 30 HST serangan tikus semakin merajalela.

Petani SPI Indramayu sebenarnya sudah menggelar pelatihan pembuatan Rumah Burung Hantu (Rubuha). Sebagai media penangkal tikus untuk merumahkan burung hantu di kandang yang dibuat oleh petani. Burung hantu atau tito alba akan menjadi predator alami tikus yang berpatroli setiap malam.

Praktek pembangunan Rubuha ini sudah dilakukan oleh SPI Indramayu, dan terbukti mampu menghalau serangan tikus. Karena berdasarkan laporan petani di lapangan, hampir setiap malam tito alba ini berpatroli, dan kira-kira memangsa 5-8 tikus semalam, bila melihat dari bekas muntahan makanannya di bawah kandang.

Tonawi, salah satu petani SPI dari Desa Jayalaksana, Kedokan Bunder mengatakan, Setelah pemasangan Rubuha di lahan, dalam jangka waktu kira-kira satu bulan sudah ada yang mengisi. Artinya tidak lama setelah Rubuha dipasang, tito alba yang biasanya berumah di pohon-pohon besar dapat dengan sendirinya berumah di kandang yang petani buat di lahannya.

“Tentu saja sesaat setelah menempati Rubuha, tito alba langsung berpatroli dan memangsa tikus yang ada di sekitar. Namun tentu berbeda kondisi lahan petani yang sudah dibangun Rubuha dengan yang belum. Serangan tikus pada lahan yang sudah dibangun Rubuha tidak seberapa atau bahkan hampir tidak ada,”Kata Tonawi

Masih dikatakan Tonawi, dikarenakan masih banyak lahan yang belum terbangun Rubuha, serangan tikus tak dapat dikendalikan dan masih saja ada petani yang menggunakan cara instan dengan racun tikus sintetik dan ranjau listrik atau biasa disebut genset.

“Kedua cara tersebut sangat membahayakan bagi petani dan ekosistem. Seringkali banyak anjing atau kucing yang hidup disekitar lahan mati setelah memangsa tikus yang telah mengkonsumsi racun tikus sintetik atau yang sering disebut obat tetes.

Begitu juga ranjau listrik atau kawat yang dialiri listrik melalui genset dan dipasang mengitari lahan sawah.

Sementara Sulaeman menyampaikan, Penggunaan listrik genset untuk menghalau tikus adalah cara terakhir untuk mengatasi tikus. Ketika sudah frustrasi, baru pakai genset.

Try Utomo Ketua SPI Indramayu mengatakan dari Basis Desa Sukamulya, Tukdana. Penggunaan ranjau listrik genset ini memang sangat ampuh menewaskan tikus sekaligus dengan petaninya juga. Mengingat seringnya galengan atau pematang sawah dalam kondisi licin, ranjau listrik yang terpasang di pinggiran pematang sawah ikut menyengat petani ketika petani terpeleset tersungkur.

Tidak sedikit petani yang jadi korban ranjau listrik yang dipasangnya sendiri. Sehingga cara ini sebenarnya tidak kami anjurkan. Oleh karenanya kami lebih memilih cara yang alami dan berkelanjutan seperti ramuan racun.

Selain membangun Rubuha, kami juga memilih ramuan alami sebagai racun tikus, yang disebut Bioyoso. Ramuan Bioyoso terdiri dari umbi gadung, getah kamboja, dedek lembut, ragi, ikan atau terasi,”Kata Try Utomo.

Berikut komposisi dan kuantitas bahan pembuatan:
1. 1 kg getah kamboja
2. 1 kg umbi gadung
3. 1 kg bekatul
4. 1 kg ikan segar
5. 10 butir ragi tape
6. ¼ kg beras

Alat Pembuatan Bioyoso:

1. Tumbu
2. Plastik
3. Alas untuk menjemur

Bahan-bahan tersebut kemudian di tumbuk satu persatu dan dicampur-adukan sampai bertekstur sedikit lembut. Setelah jadi, ramuan bioyoso dijemur sampai agak kering.

Ramuan Bioyoso ini dijadikan sebagai umpan sistemik untuk dimakan tikus. Efek dari ramuan ini akan membuat tikus mengalami kemandulan dan gigi rontok lalu kemudian mati dalam kurun waktu paling lama dua minggu.

Pelatihan pembuatan Bioyoso ini adalah bagian dari seri Pendidikan Agroekologi yang rutin dilakukan SPI Indramayu.

“Upaya ini kami lakukan untuk menjaga tanaman dari serangan Tikus yang masif. Tetap dengan cara cara agroekologis dan tidak ketergantungan dengan kimia sintetis atau menggunakan listrik yang dikhawatirkan menambah jumlah korban jiwa karena kelalaian,”Tambah Try Utomo selaku Ketua SPI Indramayu.

“Ini juga sebagai semangat kami menjaga Indramayu sebagai lumbung padi nasional serta menjadi perhatian pemerintah mengurungkan niat nya import beras besar besaran. Karena akan mempengaruhi harga gabah saat panen raya,”Pungkasnya Try Utomo.

Sesaat setelah ramuan itu dibuat, malam harinya Ketua SPI Indramayu, Try Utomo bersama para Petani lainnya langsung menaruh Bioyoso di lintasan tikus. Dan terbukti banyak tikus terkapar.(Red****)