Ini Cara ITB Bantu Cari Solusi di Desa Tertinggal-Terpencil-Terluar
Pernah mendengar tentang wilayah 3T? Tempat yang digolongkan sebagai wilayah 3T umumnya merupakan desa yang tertinggal. Sementara itu, 3T memiliki kepanjangan tertinggal, terpencil, dan terluar.
Dalam kaitan dengan 3T, Institut Teknologi Bandung meluncurkan sebuah aplikasi. Aplikasi itu bertujuan menghubungkan pakar ITB dengan kepala desa, khususnya bagi daerah 3T.
Inovasi ini dilakukan melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) untuk mendukung target pengabdian masyarakat ITB. Nantinya, para pakar dan dosen ITB yang terhubung akan membantu desa terkait untuk mencari solusi.
Seperti yang diketahui, pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat merupakan frasa kuat yang menyusun Tridharma Perguruan Tinggi.
Prof Reini Wirahadikusumah, PhD selaku Rektor ITB menguraikan bahwa pengabdian masyarakat ITB harus menjangkau 3 ring, yaitu kepada masyarakat tetangga, dalam skala nasional, dan pada daerah 3T.
Memberdayakan Masyarakat 3T Jadi Prioritas Pengabdian Masyarakat ITB
“Ribuan kilometer perjalanan kolega-kolega kami ini (membuat) beliau-beliau memahami bahwa desa memiliki sumber daya yang sangat besar, tetapi kawan-kawan kita di desa ataupun di daerah 3T menghadapi tantangan dalam pengelolaannya,” jelasnya seperti dikutip dari laman resmi kampus.
Prioritas kegiatan pengabdian masyarakat kampus ITB ialah memberdayakan dan memandirikan masyarakat di daerah 3T. Hal tersebut diungkapkan oleh Sekretaris Bidang Pengabdian Masyarakat LPPM ITB, Deny Willy Junaidy, SSn, MT, PhD.
Menurut Deny, dosen ITB dapat menjelajahi permasalahan dan kebutuhan Iptek dan Sains di desa melalui sumber data yang diinput oleh kepala desa di berbagai wilayah di Indonesia.
Daerah 3T Alami Masalah Akibat Jauhnya Akses Teknologi
Pada acara launching aplikasi Desanesha di Pameran Riset, Inovasi, dan Pengabdian Masyarakat (PRIMA) Selasa lalu (20/12), ditayangkan juga sebuah video mengenai simulasi manfaat aplikasi.
Video tersebut menunjukkan warga desa di kawasan 3T kerap menghadapi masalah dengan kompleksitas yang lebih tinggi karena jauhnya akses teknologi kepada mereka.
Selain itu, ditampilkan juga terkait bagaimana dosen dan pakar di ITB bertindak secara langsung menyelesaikan permasalahan yang terjadi.
Aplikasi hasil inovasi ITB itu memungkinkan pakar ITB untuk terjung langsung menanggapi masalah sehingga dapat melakukan ideasi solusi, penelitian, dan penerapan solusi atas permasalah desa yang sebelumnya diinput oleh para kepala desa.