Ekonomi Inggris Makin Tertekan Imbas Pekerja yang Kondisinya Ringkih

Ekonomi Inggris Makin Tertekan Imbas Pekerja yang Kondisinya Ringkih Ekonomi Inggris Makin Tertekan Imbas Pekerja yang Kondisinya Ringkih

Ekonomi Inggris sedang tidak baik-baik saja. Inflasi yang tinggi, lonjakan harga energi, memburuknya perdagangan usai Brexit, hingga ancaman resesi menghantam ekonomi negara ini. Belum lagi masalah baru yang muncul, yaitu para pekerja yang mengalami penyakit jangka panjang.

Kantor Statistik Nasional (ONS) melaporkan antara Juni dan Agustus 2022, sekitar 2,5 juta orang mengidap penyakit jangka panjang. Akibatnya mereka tidak aktif secara ekonomi, dan jumlahnya terus meningkat sejak 2019.

Melansir CNBC, Rabu (28/12/2022), jumlah orang yang tidak aktif secara ekonomi, atau mereka yang tidak bekerja atau mencari pekerjaan berusia 16-64 tahun meningkat lebih dari 630.000 sejak 2019.

Namun data terbaru ini ini tidak menunjukkan tanda pekerja yang ‘hilang’ ini kembali ke pasar tenaga kerja, bahkan saat inflasi dan lonjakan energi menekan perekonomian mereka.
Inggris menghindari kehilangan pekerjaan massal selama pandemi Covid-19 dengan menerapkan skema cuti pemerintah agar perusahaan mempertahankan karyawannya. Namun setelah lockdown dicabut, Inggris mengalami eksodus massal di pasar tenaga kerja.

Dalam laporan bulan lalu, ONS menyebut berbagai faktor yang menyebabkan lonjakan itu, termasuk daftar tunggu Layanan Kesehatan Nasional yang mencapai rekor tertinggi, populasi yang menua, dan efek Covid berkepanjangan.

“Kaum muda juga mengalami beberapa peningkatan relatif terbesar, dan beberapa industri seperti grosir dan eceran paling terpengaruh,” kata ONS.

Meskipun efek dari masalah yang disebutkan di atas belum dihitung, laporan tersebut menyatakan bahwa peningkatan tersebut didorong oleh masalah kesehatan atau kecacatan lainnya, penyakit mental dan gangguan saraf, dan masalah yang berhubungan dengan punggung atau leher.

Jonathan Portes, profesor ekonomi dan kebijakan publik di King’s College London, mengatakan bahwa skala penipisan pasar tenaga kerja kemungkinan merupakan kombinasi dari Covid yang panjang, dan masalah kesehatan terkait pandemi lainnya seperti penyakit mental.

Selain itu, ia mencatat bahwa faktor-faktor yang merugikan kesehatan masyarakat secara langsung, seperti waktu tunggu yang lebih lama untuk perawatan. Orang mungkin harus meninggalkan pekerjaan demi merawat kerabatnya yang sakit.