29 Januari Hari Arak Bali, Begini Proses Tradisional Pembuatan Arak Bali

Selain menjadi warisan budaya takbenda, Arak Bali juga memiliki hari khusus. Tanggal 29 Januari telah sah ditetapkan sebagai hari arak Bali oleh Gubernur Bali.

Arak adalah minuman beralkohol khas Bali yang terbuat dari fermentasi tuak lontar. Kini minuman beralkohol tersebut telah legal diproduksi dan dikonsumsi di Bali.

Hal tersebut berdasarkan Perpres No 10 Tahun 2021 tentang Bidang Usaha Penanaman Modal yang ditetapkan pada 2 Februari 2021. Arak Bali bahkan telah ditetapkan sebagai warisan budaya takbenda.

Hal itu ditetapkan oleh Kemendikbud Ristek RI yang tertuang dalam Surat Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia Nomor 414/P/2022 Tentang Penetapan Warisan Budaya Takbenda Indonesia tahun 2022.

Tak hanya itu, keistimewaan arak Bali juga membuat Gubernur Bali Wayan Koster menetapkan setiap tanggal 29 Januari sebagai hari Arak Bali. Penetapan ini termuat dalam Surat Keputusan Gubernur Bali Nomor 929/03-I/HK/2022.

Pembuatan arak Bali ini terbilang panjang prosesnya. Desa Les, di Buleleng menjadi salah satu desa di Bali yang memproduksi arak. Dapur Bali Moela milik Chef Yudi pun memproduksi arak secara tradisional.

Berikut Proses Pembuatan Arak Bali secara Tradisional:

1. Proses Penyadapan Nira Lontar

Proses pembuatan arak Bali harus dilakukan secara higienis agar mendapatkan kualitas baik. Dimulai dengan menyadap nira lontar yang kemudian difermentasi.

Setelah itu, nira lontar itu direbus secara tradisional menggunakan api dari tungku kayu bakar. Pada sisi-sisi pancinya disumpah dengan kulit buah lontar.

Bukan tanpa alasan, cara itu dilakukan untuk memperlancar proses penyulingan. Jadi, uap dari perebusan tuak akan diarahkan melalui bambu panjang.

Nah, saat itulah terjadi proses kondensasi, di mana uap berubah menjadi cairan. Cairan yang menetes di ujung bambu kemudian ditampung di botol.

2. Suhu Mempengaruhi Kualitas

Suhu saat merebus nira menjadi salah satu faktor yang bisa mempengaruhi kualitas arak. Chef Yudi mengatakan bahwa tidak ada ketentuan khusus, melainkan menggunakan ‘feeling’ saat menjaga suhu.

Menurut Chef Yudi, suhu rendah akan membuat arak lebih baik. Chef Yudi mengatakan bahwa jika seseorang tak terbiasa membuat arak, nanti araknya bisa ada aroma arangnya.

3. Arak Guci

Di Dapur Bali Moela ada arak yang disebut arak guci, maksudnya adalah arak yang disimpan di dalam guci. Uniknya, waktu penyimpanan itu telah dilakukan selama bertahun-tahun.

Semakin lama proses penyimpanan, maka akan semakin enak rasa arak tersebut. Guci-guci yang digunakan untuk menyimpan pun sudah berusia tua, sekitar ratusan tahun lalu.

Chef Yudi menceritakan bahwa guci tersebut didapatkan oleh masyarakat Desa Les dari leluhurnya terdahulu. Mengingat Desa Les merupakan salah satu desa tertua di Bali.